مختصر صحيح تفسير ابن كثير
Surah An-Naas
Bismillahirrahmanirrahim
“Katakanlah, “Aku berlidung kepada Rabb (yang memelihara dan mengatur) manusia. Penguasa manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.”
[Tafsir]
Semua sifat di atas termasuk dari sifat-sifat Rabb ‘Azza wa Jalla; Rububiyah (ketuhanan), kerajaan, dan ilahiah (sembahan). Maka Allah adalah Rabb, penguasa, dan sembahan segala sesuatu. Segala sesuatu adalah makhluk-Nya, dikuasai oleh-Nya, dan hamba-Nya. Allah memerintahkan orang yang memohon perlindungan untuk meminta perlindungan hanya kepada Yang bersifat dengan sifat-sifat ini, dari kejelekan was-was yang dilakukan oleh al khannas, yaitu setan yang selalu menyertai manusia. Karena, tidak ada seorang pun dari anak Adam kecuali dia mempunyai qarin yang menjadikan kekejian nampak indah di matanya dan dia tidak perduli walau harus mengerahkan semua kemampuannya untuk memberikan khayalan palsu. Dan yang selamat hanyalah siapa yang Allah selamatkan.
Telah shahih dalam kitab Ash-Shahih bahwa beliau shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Tidak ada seorang pun di antara kalian kecuali tilah diikutkan padanya temannya dari kalangan jin.” Mereka bertanya, “Engkau juga wahai Rasulullah?” beliau menjawab, “Iya, hanya saja Allah telah menolong saya untuk mengatasinya, sehingga saya pun bisa selamat, dia tidak memerintah saya kecuali dengan kebaikan. “
Sejumlah ulama berkata menafsirkan firman-Nya, “Kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi.” Mereka berkata, “Dia adalah setan yang bercokol di dalam hati anak Adam. Jika dia (anak Adam) lalai, dia akan memberikan was-was, tapi jika dia berzikir kepada Allah, dia akan menahan diri.”
Firman-Nya, “Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia.” Apakah bisikan ini hanya terjadi pada anak anak Adam -sebagaimana lahiriah ayat-, ataukah berlaku umum untuk anak Adam dan juga jin? Ada dua pendapat di kalangan ulama. Namun terkadang mereka (jin) juga masuk ke dalam penamaan ‘manusia’ pada kebanyakan kasus. Ibnu Jarir berkata, “Terkadang (kata ‘lelaki’, penj.) juga digunakan untuk mereka (jin), “Beberapa orang lelaki dari kalangan jin.“ Maka tidak ada masalah menggunakan kata ‘manusia’ untuk mereka.”
Firman Allah Ta’ala, “Dari (golongan) jin dan manusia.” Apakah ini rincian dari firman-Nya, “Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia,” lalu Dia menjelaskan dengan firman-Nya, “Dari (golongan) jin dan manusia?” Kemungkinan ini menguatkan pendapat yang kedua.
Ada yang berpendapat, “Dari (golongan) jin dan manusia” adalah penafsiran dari ‘yang membisikkan was-was ke dalam dada manusia’, yakni dari golongan setan jin dan manusia. Sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia).” (Al-An’am: 112)
Dari Ibnu Abbas dia berkata, “Ada seorang lelaki yang mendatangi Nabi shallallahu alaihi wasallam lalu berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya berucap di dalam hatiku dengan suatu ucapan, yang saya jatuh dari atas langit lebih saya sukai daripada mengucapkannya.” Maka Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Allahu Akbar, Allahu Akbar. Segala pujian hanya milik Allah yang telah menolak makarnya dan hanya menjadikannya sebagai was-was. “
Akhir tafsir surah An-Nàs
Segala pujian dan anugrah hanya milik Allah
Taufik dan penjagaan hanya dari-Nya