مختصر صحيح تفسير ابن كثير
Surah Al-Ikhlash
Dari Aisyah radhiallahu anha dia berkata, “Sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi wasallam pernah menunjuk seseorang untuk memimpin satu skuadron. Orang ini membaca surah ketika mengimami pasukannya dalam shalat, tapi dia selalu menutupnya dengan surah ‘Qul Huwallahu Ahad’. Setelah mereka pulang, mereka menceritakan hal itu kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam. Beliau lalu bersabda, “Tanyakan kepadanya, kenapa dia melakukan itu?” Mereka lalu bertanya kepadanya, dan dia menjawab, “Karena surah itu adalah sifat ar-Rahman, dan saya senang untuk membacanya.” Maka Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Kabarkan kepadanya bahwa Allah Ta’ala mencintainya.”
Dari Abu Said radhiallahu anhu dia berkata, “Ada seorang lelaki yang mendengar temannya selalu mengulang-ulangi surah ‘Qul Huwallahu Ahad’. Pagi harinya, lelaki ini mendatangi Nabi shallallahu alaihi wasallam lalu menceritakan hal itu kepada beliau, sepertinya lelaki itu menganggap remeh surah ini. Maka Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Demi yang jiwaku berada di tanganNya, sesungguhnya surah ini setara dengan sepertiga Al-Qur`an.”
Dan dari Abu Said radhiallahu anhu dia berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda kepada para sahabatnya, “Apakah kalian tidak sanggup membaca sepertiga al-Qur`an dalam satu malam?” Ternyata hal tersebut memberatkan mereka, lalu berkata, “Siapakah di antara kami yang sanggup melakukannya wahai Rasulullah?” Maka beliau bersabda, “Allahul Wahidus Shamad setara dengan sepertiga Al-Qur`an.”
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Berkumpullah kalian, karena sungguh aku akan membacakan sepertiga al-Qur`an kepada kalian.” Maka berkumpullah sekelompok orang. Kemudian Nabi Allah shallallahu alaihi wasallam keluar lalu membaca surah ‘Qul Huwallahu Ahad’, kemudian beliau masuk kembali ke dalam rumah. Maka sebagian dari kami bertanya kepada yang lainnya, “Bukankah tadi Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya saya akan membacakan sepertiga al-Qur`an kepada kalian.” Namun saya sendiri beranggapan bahwa ini adalah wahyu dari langit. Kemudian Nabi Allah shallallahu alaihi wasallam keluar dan berkata, “Sesungguhnya saya tadi mengatakan kepada kalian, “Sungguh aku akan membacakan sepertiga Al-Qur`an kepada kalian.” Ketahuilah, sesungguhnya surah ini setara dengan sepertiga Al-Qur`an.”
Dari Muàdz bin Abdillah bin Habib dari ayahnya dia berkata, “Kami pernah kehausan di malam gelap gulita ketika kami sedang menunggu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam keluar untuk shalat mengimami kami. Tidak lama berselang, beliau keluar lalu memegang tanganku dan bersabda, “Bacalah!” Lalu beliau terdiam. Kemudian beliau berkata lagi, “Bacalah!” Saya menjawab, “Apa yang harus saya baca?” Beliau menjawab, “Bacalah ‘Qul Huwallahu Ahad’ dan kedua surah perlindungan sebanyak tiga kali di sore dan pagi hari. Niscaya hal itu akan memberikan kecukupan kepadamu sebanyak dua kali setiap harinya.”
Dan dari Aisyah radhiallahu anha dia berkata, “Sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi wasallam, jika beliau beranjak menuju tempat tidur beliau setiap malam, beliau mengumpulkan kedua telapak tangan beliau kemudian meniup keduanya seraya membaca surah ‘Qul Huwallahu Ahad,’ Qul A`udzu birabbil falaq,’ dan ‘Qul A`udzu birabbinnas’. Kemudian beliau mengusapkan kedua tangan beliau ke bagian tubuh yang bisa beliau jangkau. Beliau memulai dengan bagian kepala dan wajah beliau, lalu bagian depan dari tubuh beliau. Beliau melakukan hal ini sebanyak tiga kali.”
Bismillahirrahmanirrahim
“Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Yang segala sesuatu bergantung kepada-Nya. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada sesuatu pun yang setara dengan Dia.”
Yakni: Dia-lah Yang Maha tunggal lagi Maha Esa, tidak ada yang serupa dengan-Nya dan juga tidak butuh penolong, tidak ada tandingan, tidak ada ada yang mirip denganNya, dan tidak ada yang setara dengan-Nya.
Lafazh ini (Ahad, penj.) tidak boleh digunakan kepada siapa pun dalam kalimat positif kecuali kepada Allah Azza wa Jalla, karena hanya Dia Yang Maha sempurna pada semua sifat dan perbuatanNya.
Firman Allah -Tabaraka wa Ta’ala-, “Allah adalah Yang segala sesuatu bergantung kepada-Nya.” Sebagian ulama berkata menafsirkan maknanya, “Yakni: Yang semua makhluk bersandar kepada-Nya dalam pemenuhan kebutuhan dan permintaan mereka.”
Ulama lainnya berkata, “Dia lah as Sayyid yang sangat sempurna kekuasaanNya, Maha mulia yang sangat sempurna kemuliaan-Nya, Maha agung yang sangat sempurna keagunganNya, Maha lembut yang sangat sempurna kelembutanNya, Maha berilmu yang sangat sempurna keilmuanNya, Maha bijaksana yang sangat sempurna kebijaksanaanNya. Dia lah Yang sempurna dalam semua bentuk kemuliaan dan ketinggian, Dia lah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Semua sifatNya ini tidak ada yang memilikinya kecuali diriNya. Tidak ada yang setara denganNya dan tidak ada sesuatu pun yang seperti diriNya. Mahasuci Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan.”
Ada yang mengatakan, “Dia-lah yang tetap kekal setelah seluruh makhluknya mati. Yang Maha hidup lagi Maha tegak dengan sendirinya, tidak ada akhir bagiNya.”
Ar-Rabi’ bin Anas berkata, “Dia lah yang tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.” Sepertinya beliau menjadikan ayat setelahnya -yaitu firman-Nya, “Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan,”- sebagai penafsiran dari ayat ini, dan ini adalah penafsiran yang bagus. Dan sejumlah ulama mengatakan, “Ash-Shamad,” adalah Yang tidak ada sesuatu pun yang keluar dari-Nya.”
Al-Hafizh Abu al Qasim Ath-Thabrani berkata dalam Kitab As-Sunnah karya beliau, setelah beliau membawakan kebanyakan pendapat-pendapat di atas dalam tafsir, “Ash-Shamad.” Beliau berkata, “Semua penafsiran ini benar, karena ini semua memang merupakan sifat-sifat Rabb kita Azza wa Jalla. Dia lah tempat kembali dalam memenuhi semua kebutuhan. Dia lah yang sangat sempurna kekuasaanNya. Dia lah yang tidak ada sesuatu pun yang keluar dariNya, juga tidak makan dan minum. Dan Dia lah yang Maha kekal setelah kematian seluruh makhlukNya.”
Firman Allah Ta’ala, “Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan,” yakni: Dia tidak mempunyai anak, tidak pula orang tua, dan tidak pula istri.
Mujahid berkata, “Dan tidak ada sesuatu pun yang setara dengan Dia,” maksudnya: Dia tidak mempunyai istri.” Yakni: Dia adalah Pemilik dan Pencipta segala sesuatu, maka bagaimana mungkin ada di antara makhluk yang mirip dan serupa denganNya, atau yang mendekati kedudukanNya. Maha tinggi dan Maha suci Allah dari hal tersebut.
Akhir tafsir surah Al-Ikhlas
Segala pujian dan anugrah hanya milik Allah