Apa itu ghibah?
Nabi Shallallāhu ‘Alaihi Wasallam telah mengingatkan,
,أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ قِيلَ أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِى أَخِى مَا أَقُولُ قَالَ إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدِ اغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ“
“Tahukah kalian apa itu ghibah?” Para sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Beliau bersabda, “Engkau menyebutkan saudaramu dengan sesuatu yang tidak ia sukai.” Beliau ditanya, “Bagaimana jika yang aku katakan itu terdapat pada diri saudaraku?” Beliau bersabda, “Jika apa yang engkau katakan itu terdapat pada diri saudaramu, maka engkau telah mengghibahinya; jika tidak, maka engkau telah berdusta atasnya.” [HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallāhu ’anhu]
Ikhwānī fiddīn, takutlah kepada Allah ta’āla, bertakwalah kepada-Nya, dan realisasikan takutmu kepada Allah Ta’āla dan takwa kepada-Nya dalam kehidupanmu sehari-hari, tidak terkecuali dalam tulisan-tulisanmu di internet, dan jangan sampai engkau pintar menasihati manusia untuk takut dan takwa kepada Allah Ta’āla, namun engkau sendiri tidak mengamalkannya. Maka ketahuilah, membicarakan keburukan seorang muslim tanpa terpenuhi syarat-syarat dibolehkannya secara syar’i, hanya ada dua kemungkinan:
- Ghībah
- Dusta
Dan keduanya adalah kezaliman yang taubatnya dipersyaratkan “harus meminta penghalalan dan pemaafan dari orang yang dizalimi tersebut”; jika tidak, maka urusannya akan panjang sampai di akhirat.
Nabi Shallallāhu ’Alaihi Wasallam telah memperingatkan bahaya kezaliman,
,أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ. فَقَالَ إِنَّالْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِى يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِى قَدْ شَتَمَهَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَاوَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِى النَّارِ“
“Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut itu?” Para sahabat menjawab, “Orang yang bangkrut adalah orang yang tidak (lagi) memiliki dinar dan harta”. Maka Rasulullah Shallallāhu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Sesungguhnya orang yang bangkrut dari ummatku adalah seorang yang datang (menghadap Allah Ta’āla) pada hari kiamat dengan (membawa pahala) sholat, puasa, zakat, namun ketika di dunia dia pernah mencaci fulan, menuduh fulan, memakan harta fulan, menumpahkan darah fulan, memukul fulan; maka diambillah kebaikan-kebaikan yang pernah dia lakukan untuk diberikan kepada orang-orang yang pernah dia zalimi, hingga apabila kebaikan-kebaikannya habis sebelum terbalas kezalimannya, maka kesalahanorang-orang yang pernah dia zalimi tersebut ditimpakan kepadanya, kemudian dia dilempar ke neraka.” [HR.Muslim dari Abu Hurairah radhiyallāhu ’anhu]
Maka, jangan pernah engkau lupakan, setiap ucapanmu tentang saudaramu secara zalim, akan menjadi bencana bagimu pada hari kiamat. Sebagaimana hadits ini juga menjadi hiburan bagi orang-orang yang dizalimi, baik dengan sikap maupun dengan kata-kata, semoga dosa-dosanya menjadi berkurang dan diampuni oleh Allah Ta’āla.
Disadur dari: SofyanRuray.info