Saat ini kita sedang berada di akhir tahun, yaitu di bulan Dzulhijjah. Hamba yg cerdas dan berpikir tidak akan membiarkan putaran waktu begitu saja. Mereka merenung, menghayati dan bertafakkur hingga mereka meminta agar terlindungi keselamatan akhirat. Allah ta’ala berfirman,
إِنَّ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَـٰفِ ٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ لَـَٔايَـٰتٍۢ لِّأُو۟لِى ٱلْأَلْبَـٰبِ
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (Ali Imran: 190)
ٱلَّذِينَ يَذْكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَـٰمًۭا وَقُعُودًۭا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَـٰذَا بَـٰطِلًۭا سُبْحَـٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (Ali Imran: 191)
Akan tetapi, banyak orang yg memperhatikan keselamatan dunia. Namun, keselamatan akhirat mereka lalai. Maka bukan berlebihan, bahkan kewajiban tatkala kita berpikir keselamatan akhirat.
Disebutkan dalam kitab Targhib wat Tarhib dari Abu Darda Radhiallaahu’anhu, Nabi ﷺ bersabda
إنَّ وراءَكم عَقَبَةً كَؤُودًا لا يَجُوزُها المُثْقَلونَ
Sungguh di depan kalian akan ada jalan rintangan yg membinasakan, tidak akan mempu melewatinya orang yg berat,
Kemudian Abu darda radhiallaahu’anhu mengatakan kepada istrinya
فأنا أُحِبُّ أنْ أتخفَّفَ لِتلكَ العَقَبَةِ
dan aku menyukai mengurangi berat utk melewati rintangan itu
Para ulama menjelaskan bahwa yg mereka membawa dosa yg berat yg banyak hingga tidak memikirkan keselamatan akhirat
Hal ini merupakan salah satu konsekuensi dari beriman kepada hari akhir. Kita mempersiapkan perjalanan menuju akhirat dan memperhatikan keselamatan menuju akhirat.
Sebagaimana seorang tatkala berpergian jauh, dia akan mempersiapkan pakaian dan makanan yg akan dia bawa.
Dan di akhirat kelak kita akan disidang dan tidak dapat memiliki pengacara yg dapat membela kita sebagaimana di dunia. Allah ta’ala berfirman
يَوْمَ يَفِرُّ ٱلْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ وَأُمِّهِۦ وَأَبِيهِ وَصَـٰحِبَتِهِۦ وَبَنِيهِ
pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya dari istri dan anak-anaknya. (Abasa: 34-36)
Allah ta’ala menjelaskan bahwa hari kiamat adalah hari dimana Allah memberikan balasan yg buruk bagi mereka yg berbuat buruk, bagi mereka yg menyimpang dari jalan Allah, dan balasan yg baik bagi mereka yg berbuat kebaikan.
وَلِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ لِيَجْزِيَ الَّذِيْنَ اَسَاۤءُوْا بِمَا عَمِلُوْا وَيَجْزِيَ الَّذِيْنَ اَحْسَنُوْا بِالْحُسْنٰىۚ
Dan milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. (Dengan demikian) Dia akan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan dan Dia akan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (surga). (An-Najm: 31)
*Di antara kiat-kiat untuk memperoleh keselamatan akhirat ialah*
1. Mentauhidkan Allah ta’ala
Surat Al-An’am (6) Ayat 82
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَلَمْ يَلْبِسُوٓا۟ إِيمَـٰنَهُم بِظُلْمٍ أُو۟لَـٰٓئِكَ لَهُمُ ٱلْأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. (Al-an’am: 82)
Yaitu, hendaknya kita memurnikan ibadah hanya kepada Allah ta’ala dan tidak berbuat syirik sekecil apapun.
Setiap Nabi memiliki janji atau do’a yg mustajab. Dan seluruh Nabi telah meminta do’a tersebut sedangkan Nabi ﷺ menyimpan hak istimewa itu untuk ummatnya yg padahal beliau ﷺ belum kenal hingga hari kiamat.
كُلُّ نَبِيٍّ سَأَلَ سُؤْلًا أَوْ قَالَ لِكُلِّ نَبِيٍّ دَعْوَةٌ قَدْ دَعَا بِهَا فَاسْتُجِيبَ فَجَعَلْتُ دَعْوَتِي شَفَاعَةً لِأُمَّتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Setiap Nabi pernah meminta suatu permintaan -atau beliau bersabda- setiap nabi mempunyai doa yang telah dikabulkan, sedang aku ingin menyimpan doaku sebagai syafaat untuk umatku di hari kiamat nanti.” (HR. Bukhori no. 6305)
Akan tetapi syafa’at ini memiliki syarat, yaitu bagi mereka yg tidak berbuat syirik
Suatu ketika Ustman bin Affan radhiallaahu’anhu duduk kemudian ada bagian yg disinari terik matahari, lalu Umar bin Khaththab lewat ketika itu dan memberikan salam. Akan tetapi, Utsman bin Affan tidak menjawab salam Umar bin Khaththab.
Kemudian Umar bin Khaththab mendatangi Abu Bakar untuk mencari tahu mengapa Ustman tidak menjawab salamnya.
Maka Abu Bakar mengajak Umar bin Khaththab untuk menemui Utsman bertanya lansung
Tatkala itu Utsman menjawab hari ini aku menyesal ada sesuatu hal yg belum kita tanyakan kepada baginda Rasulullaah ﷺ tentang keselamatan kita di akhirat. Kata Abu Bakar bahwa pernah aku tanyakan kepada Nabi ﷺ
Barangsiapa yg mengambil dariku apa yg dicampakkan pamanku, maka dia akan selamat.
Yaitu, barangsiapa yg mengambil kalimat tauhid
2. Dengan menyempurnakan ittiba’
Yaitu, dengan menyempurnakan sikap ittiba’ kepada Nabi ﷺ, tidak berbuat inovasi ataupun perkara yg baru di dalam agama.
Nabi ﷺ pernah bersabda,
كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنْ يَأْبَى قَالَ مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى
“Setiap umatku masuk surga selain yang enggan, ” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, lantas siapa yang enggan?” Nabi menjawab, “Siapa yang taat kepadaku masuk surga dan siapa yang membangkang aku berarti ia enggan.” (HR. Bukhori no. 7280)
أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ ، لَيُرْفَعَنَّ إِلَىَّ رِجَالٌ مِنْكُمْ حَتَّى إِذَا أَهْوَيْتُ لأُنَاوِلَهُمُ اخْتُلِجُوا دُونِى فَأَقُولُ أَىْ رَبِّ أَصْحَابِى . يَقُولُ لاَ تَدْرِى مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ
“Aku akan mendahului kalian di al haudh (telaga). Dinampakkan di hadapanku beberapa orang di antara kalian. Ketika aku akan mengambilkan (minuman) untuk mereka dari al haudh, mereka dijauhkan dariku. Aku lantas berkata, ‘Wahai Rabbku, ini adalah umatku.’ Lalu Allah berfirman, ‘Engkau sebenarnya tidak mengetahui bid’ah yang mereka buat sesudahmu.’ ” (HR. Bukhari, no. 7049)
Dalam riwayat lain dikatakan,
إِنَّهُمْ مِنِّى . فَيُقَالُ إِنَّكَ لاَ تَدْرِى مَا بَدَّلُوا بَعْدَكَ فَأَقُولُ سُحْقًا سُحْقًا لِمَنْ بَدَّلَ بَعْدِى
“(Wahai Rabbku), mereka betul-betul pengikutku. Lalu Allah berfirman, ‘Sebenarnya engkau tidak mengetahui bahwa mereka telah mengganti ajaranmu setelahmu.” Kemudian aku (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) mengatakan, “Celaka, celaka bagi orang yang telah mengganti ajaranku sesudahku.” (HR. Bukhari, no. 7051)
3. Menjaga diri dan merenungi dosa
Dari ‘Uqban bin Amr radhiallaahu’anhu bertanya tentang hakikat keselamatan
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ
قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا النَّجَاةُ قَالَ أَمْسِكْ عَلَيْكَ لِسَانَكَ وَلْيَسَعْكَ بَيْتُكَ وَابْكِ عَلَى خَطِيئَتِكَ
dari ‘Uqbah bin ‘Amir berkata, Aku bertanya: Wahai Rasulullah bagaimana supaya selamat? beliau menjawab, “Jagalah lisanmu, hendaklah rumahmu membuatmu lapang dan menangislah karena dosa-dosamu.” Abu Isa berkata, Hadits ini hasan. (HR. Tirmidzi no. 2406)
Maka maksud membuat lapang rumah ialah apabila engkau khawatir berbuat dosa dan maksiat tatkala keluar rumah, maka hendaknya tetap berada di dalam rumah.
إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مَا يَتَبَيَّنُ مَا فِيهَا يَهْوِى بِهَا فِى النَّارِ أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ
“Sesungguhnya ada seorang hamba yang berbicara dengan suatu perkataan yang tidak dipikirkan bahayanya terlebih dahulu, sehingga membuatnya dilempar ke neraka dengan jarak yang lebih jauh dari pada jarak antara timur dan barat.” (HR. Muslim no. 2988)
Akan tetapi, pada saat ini banyak orang yg merasa bosan dan jenuh tatkala senantiasa berada di dalam rumah. Mereka merasa butuh healing dan liburan. Padahal perasaan itu hadir tatkala dirinya tidak mengisi waktu kosong atau luangnya dengan kebaikan yg bermanfaat tatkala berada di dalam rumah.
Padahal kita bisa mengisi waktu dengan beribadah, semisal baca Al-Qur’an, berdzikir, memperbanyak sholat sunnah, belajar bersama membaca buku mendengarkan kajian bersama keluarga dan hal lainnya yg bermanfaat bagi kebaikan dunia dan akhirat.
Kapan terakhir kita menangis karena Allah ta’ala? Sebagian orang bersemangat menghitung kebaikan. Akan tetapi, pernahkah kita menghitung dosa-dosa yg telah kita perbuat dan menangisinya?
Diringkas dari
Ustadz Rizal Yuniar Putrananda