Allah ta’ala berfirman,
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُم بِظُلْمٍ أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman, mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Al-An’am: 82)
Syaikh Abdul Aziz ar-Rajihi menjelaskan bahwasanya yang dimaksud dengan kezholiman ialah syirik. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Nabi ﷺ tentang ayat ini kepada para sahabat. Tatkala turun ayat tersebut, para sahabat berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّنَا لَا يَظْلِمُ نَفْسَهُ
“Wahai Rasulullaah, siapa diantara kami yang tidak menzholimi dirinya?”
قَالَ لَيْسَ كَمَا تَقُولُونَ لَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ بِشِرْكٍ أَوَلَمْ تَسْمَعُوا إِلَى قَوْلِ لُقْمَانَ لِابْنِهِ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
Maka beliau bersabda, “Bukan seperti yang kalian katakan. Maksud ayat ‘Tidak mencampurkan iman mereka dengan kezaliman’ adalah dengan kesyirikan. Tidakkah kalian mendengar ucapan Luqman kepada anaknya?, ‘Wahai anakku, janganlah kamu menyekutukan Allah karena menyekutukan Allah merupakan kezaliman yang besar’ ” (HR. Bukhori no. 3360)
kezholiman terbagi menjadi tiga, yaitu
- Kezholiman Syirik
- Kezholiman Hamba berkaitan dengan darah, harta dan berpalingnya mereka.
- Kezholiman hamba kepada diri mereka dalam segala perbuatan antara mereka dan Allah selain dari kesyirikan.
Barang siapa yang selamat dari tiga hal tersebut, maka baginya hidayah yang sempurna di dunia dan rasa aman yang sempurna dari adzab neraka di akhirat.
Barang siapa yang selamat dari kezholiman syirik, tetapi tidak selamat dari kezholiman seorang hamba terhadap dirinya sendiri. Maka baginya hidayah di dunia, tetapi bukan hidayah yang sempurna, dan baginya rasa aman di akhirat rasa aman dari kekalnya di dalam neraka. Terkadang ada yang masuk ke dalam neraka, akan tetapi masuknya ke dalam neraka disebabkan dosa-dosanya. Maka diadzab sesuai dengan kadar dosa-dosa dan kemaksiatannya. Kemudian setelah keluarnya dari neraka, masuk menuju surga.
Referensi:
At-tandhid li syarh Kitaabit Tauhid, cet. Muasasah Ar-Rajhi, hal. 32-33