Jangan Takut dengan Corona

0
12

Mungkin sebagian orang mengatakan, jangan takut dengan corona, takut hanya kepada Allah. Corona itu makhluk Allah sementara masjid itu rumah Allah maka jangan tinggalkan beribadah di dalamnya, semua sudah takdir Allah klo memang kena corona pasti terkena.

Mereka mencampur antara perkataan hak dengan bathil, antara keimanan kepada takdir Allah dengan rasa takut yg umum. Seakan seorang tidak boleh takut atau khawatir sama sekali dengan musibah Corona.

Padahal penjelasan para ulama, takut itu terbagi menjadi dua:
1. Takut tabiat (الخوف الطبيعي)
2. Takut ibadah (الخوف العبادة)

Dan seorang takut atau khawatir terhadap Corona itu termasuk Takut secara tabiat, karena nampak dampak akibatnya. Syaikh Ar-Rajihi menjelaskan bahwa Khauf Tabiat adalah (lihat فتح الرب الحميد)

كأن تخاف من المخلوق الذي له أسباب ظاهرة فتخاف من العدو فتأخذ حذرك، أو تخاف من السباع، أو تخاف من البرد فتلبس ثيابك، أو تخاف من الجن فتتحرز منهم بالأوراد الشرعية، و تتعوذ بكلمات الله التماتة من شرّ ما خلق، وتقرأ آية الكرسي

Anda takut dari makhluk yang padanya terdapat sebab-sebab yang nampak, semisal takut terhadap musuh sehingga mengambil perhatianmu, atau takut dari hewan-hewan buas, atau takut dari rasa dingin sehingga memakai pakaian yang tebal, atau takut dari jin sehingga menjaga diri kalian dengan wirid-wirid syar’i, dan berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari keburukan makhluk-Nya, dan membaca ayat kursi.

Dan Khauf Ibadah adalah

أن تخاف من شيء ليست أسبابه ظاهرة، فتاخف من الميت مثلًا أن يميت ولدك، أو يحرمك دخول الجنة، أو يقطع رزقك أو يسلط عليك عدوه فتدعوه من دون الله، فهذا خوف السرِّ، وهذا شرك لمن صرفه لغير الله

Anda takut dari sesuatu yang sebab-sebabnya tidak nampak, semisal Anda takut dari mayyit yg seandainya dapat mematikan anakmu atau menahan anda masuk ke dalam surga, atau memutus rizkimu atau menguasai anda kepada musuh-musuh, maka itu merupakan peribadahan kepada selain Allah, ini adalah takut yang tersembunyi, dan ini adalah kesyirikan bagi yang memalingkan kepada selain Allah.

Dan memang benar bahwasanya segala sesuatu terjadi atas kehendak Allah. Akan tetapi, manusia diberikan pilihan untuk berikhtiar.

Tidak sebagaimana sekte Qodariyyah yang meyakini manusia membuat takdirnya sendiri (Allah tidak ada kehendak atas kehendak makhluk) atau sekte Jabariyyah yang meyakini manusia tidak memiliki daya atau upaya sama sekali dalam takdir (makhluk tidak punya kehendak, pasrah tanpa ikhtiar).

Lihatlah hadits Nabi ﷺ bersabda,

فرّ من المجذوم فرارك من الأسد

“Larilah dari penderita lepra (kusta) sebagaimana anda lari dari singa” (HR. Ahmad)

Seorang lari dari singa lantaran khawatir takut diterkam oleh singa tsb. Demikian pula lari dari penderita sakit karena khawatir tertular, meskipun semua itu atas izin Allah. Namun, Nabi ﷺ memerintahkan seorang untuk mengambil sebab usaha agar seorang berikhtiar terhindar semua itu yaitu dengan menjauhi penderita sakit atau lari dari singa.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here