Di antara salah satu buah atau hasil dari mentauhidkan Allah ialah membuahkan tawakkal kepada Allah. Syaikh Taqiyuddin Al-Maqrizi (766 H – 854 H) mengatakan di dalam kitabnya تجريد التوحيد المفيد,
فإن التوحيد حقيقته : أن ترى الأمور كلها من الله تعالى رؤية تقطع الالتفات إلى الأسباب و الوسائط، فلا ترى الخير و الشر إلا منه تعالى
Sesungguhnya hakikat tauhid ialah anda melihat segala perkara seluruhnya berasal dari Allah ta’ala. Anda melihat dengan pandangan yang memutus dari sebab-sebab dan perantara. Maka janganlah anda melihat kebaikan atau keburukan kecuali berasal dari Allah ta’ala.
و هذا المقام يثمر التوكل، و ترك شكاية الخلق، و ترك لومهم، و الرضا عن الله تعالى، و التسليم لحكمه
Hal ini merupakan kedudukan yang membuahkan tawakkal, meninggalkan berkeluh kesah kepada makhluk, meninggalkan celaan kepada makhluk, dan ridho terhadap Allah, dan berserah diri kepada keputusan Allah.
Syaikh Abdul Aziz Ar-Rajihi menjelaskan bahwa tawakkal ialah mempercayakan kepada Allah dan menyandarkan segala perkara kepada Allah dengan mengumpulkan dua perkara:
- Melakukan sebab-sebab yang disyariatkan yang Allah perintahkan.
- Menyandarkan kepada Allah dengan hati dalam hasilnya.
Syaikh shalih fauzan menjelaskan bahwa barang siapa yang merasakan bahwa kebaikan, keburukan, manfaat, mudhorot seluruhnya berasal dari Allah tidak ada campur tangan seorang pun di dalamnya, maka hal tersebut ialah tawakkal kepada Allah. Oleh karena itu telah datang keterangan di dalam hadits,
إن مِن ضعف اليقين أن تُرضي الناس بسخط الله، و أن تحمدهم على رزق الله، و أن تذمهم على ما لم يؤتك الله
Sesungguhnya termasuk dari lemahnya keyakinan mencari keridhoan manusia dengan ketidakridhoan Allah, dan anda menyanjung manusia atas rizqi yang Allah berikan, dan anda mencela manusia atas apa yang Allah tidak berikan kepada anda [Hilyatul Auliya (106/5), Al-Baihaqi dalam Syu’abul Imaan no. 203]
Maka makhluk apabila memberikan anda sesuatu maka hal tsb berasal dari Allah. Allah ta’ala berfirman,
وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ
Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka hal itu berasal dari Allah (An-Nahl: 53)
Maka wajib anda meyakini hal ini, dan segala perkara seluruhnya berasal dari Allah.
Syaikh Ar-rajihi menjelaskan bahwasanya mencela makhluk atas perbuatan yang buruk yang bertentangan dengan syariat, maka hal tsb tidak mengapa untuk mencela mereka dan menasihati mereka.
Referensi
– فتح الرب الحميد، ص. ٣٩-٤١
– إفادة المستفيد، ص. ٢٥-٢٧