Syaikh Abdul Aziz Ar-Rajihi menjelaskan bahwa tawasul kepada Nabi ﷺ terbagi menjadi tiga jenis:
1. *Tawasul dengan Keimanan Seorang Hamba kepada Allah dan Rasul-Nya, ini adalah tawasul yang disyariatkan*
2. *Tawasul dengan Do’anya Nabi ﷺ, sebagaimana tawasulnya seorang yang buta dengan do’a Nabi ﷺ agar Allah mengembalikan penglihatannya.*
Dari Utsman bin Hunaif radhiallaahu’anhu bahwa seorang laki-laki yang buta matanya datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam seraya berkata; “Berdo`alah kepada Allah agar menyembuhkanku.”
beliau bersabda: “jika kamu berkehendak maka saya akan mendoakanmu, dan jika kamu berkehendak maka bersabarlah, karena hal itu lebih baik bagimu.”
laki-laki tersebut berkata; “berdo`alah (kepada Allah untukku).” Utsman bin Hunaif berkata; “Lalu beliau (Rasulullaah ﷺ) memerintahkannya untuk berwudhu, kemudian ia pun membaguskan wudhunya dan berdo’a dengan do’a berikut ini, “Ya Allah! Aku memohon kepada-Mu, menghadap kepada-Mu dengan (syafa’at) nabi-Mu Muhammad, nabi yang diutus dengan membawa rahmat.”
(laki-laki itu berkata); “Aku telah memohon syafa’atmu kepada Rabb-ku untuk memenuhi kebutuhanku.” (Rasulullaah ﷺ): “Ya Allah! Terimalah syafa’atnya untukku (HR. Tirmidzi no. 3578)
3. *Tawasul dengan Dzat dan Kedudukan Rasulullaah ﷺ, ini adalah bid’ah.* Contoh: Seorang berdo’a
اللهم إني أتوسل إليك بنبيك
Ya Allah, aku meminta kepada engkau dengan (kedudukan) Nabi-Mu.
*Apabila ingin bertawasul dengan Nabi ﷺ, yaitu dengan kecintaan kepada Nabi ﷺ dan mengikuti (sunnah) nya, maka ini adalah amalanmu yang shalih, maka ini disyariatkan*
*Tetapi apabila seorang bertawasul kepada Nabi ﷺ dengan kedudukannya atau dzatnya, maka ini tawasul yg bid’ah*. Meskipun engkau berdo’a kepada Allah, tetapi telah menjadikan dzat Nabi ﷺ atau kedudukannya sebagai perantara atau wasilah, maka ini bagian dari bid’ah.
Sungguh perbuatan tersebut tidak pernah dilakukan Nabi ﷺ, tidak pula para sahabat, dan tidak terdapat dalil. Termasuk juga apabila engkau bertawassul dengan kedudukan seorang atau dzatnya.
Referensi
– فتح الربّ الحميد شرح تجريد التوحيد المفيد، ص. ٢٣٨ – ٢٣٩